Desk Research: A Low Cost Research Method
Halo semua! Akhirnya aku bisa menulis lagi setelah sekian lama vakum. Apa kabarnya? Indonesia di tahun 2021 belum kunjung membaik, jadi semoga teman-teman tetap sehat dan bahagia, ya! π
Setelah sharing soal Co-Ideation, kali ini aku mau sharing tentang salah satu metode atau pendekatan riset yang murah-meriah dan gampang banget ngelakuinnya. Di salah satu buku andalan para periset (Just Enough Research by Erika Hall) metode atau pendekatan ini berada di bagian Generative Research yang disebut Literature Review. Oke, dari namanya aja pasti metode atau pendekatan riset ini sudah sering digunakan, apalagi untuk mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi, hehehe. π
Tapi di sini aku tidak akan menjelaskan apa yang dijelaskan oleh Erika Hall. Di tulisan ini, aku mau bercerita bagaimana aku melakukan Desk Research dan alasannya memilih Desk Research. Ditambah pros and cons based on my experiences.
What is Desk Research?
Desk research is another name for secondary research. Broadly speaking, there are two types of research activity: primary research (where you go out and discover stuff yourself); and secondary research (where you review what other people have done). Desk research is not about collecting data. Instead, your role as a user researcher carrying out desk research is to review previous research findings to gain a broad understanding of the field. β Desk research: the what, why and how (userfocus.co.uk)
Kalau diterjemahin, Desk Research adalah sebuah metode atau pendekatan riset yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang sudah ada, baik dari Internet, Jurnal, dan yang lainnya. Ini merupakan secondary research yang mana periset tidak perlu turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.
Nah, biasanya Desk Research dilakukan ketika masalah yang sedang diriset itu bukan sesuatu yang baru dan bukan yang langsung berkaitan dengan real-user. Hasil Desk Research ini digunakan sebagai data pendukung untuk mevalidasi temuan pada primary research atau untuk mengetahui permasalahan dari solusi-solusi yang sudah pernah dibuat.
Why I used Desk Research?
Di perusahaan tempat aku magang saat ini, aku lebih sering menggunakan Desk Research. Alasannya? Tentu saja karena murah-meriah! Hahaha π. Selain itu, aku ingin mengumpulkan data-data penguat untuk mengetahui permasalahan atau fitur yang sedang diriset dari sumber-sumber yang sudah ada. Dari data-data tersebut, aku bisa mulai mengetahui action plan selanjutnya; apakah perlu melakukan exploratory research atau riset lainnya.
Sayangnya, tidak semua hasil dari Desk Research bisa membantu periset dalam memberikan rekomendasi dalam proses pengembangan produk selanjutnya karena Desk Research tidak langsung bersinggungan dengan pengguna dan stakeholders.
How I Do a Desk Research?
Disclaimer: ini berdasarkan pengalamanku, ya. Jadi, kalau ada yang beda, bisa cerita di kolom komentar saja. π
Seperti biasa, sebelum melakukan Desk Research, hal pertama yang aku lakukan adalah membuat Research Plan. Menurutku, Research Plan merupakan fondasi awal dalam melakukan riset. Di dalam dokumen tersebut, aku memasukkan beberapa hal yang penting; dari Background and Goal sampai Sumber-sumber yang akan aku gunakan dalam Desk Research.
Selanjutnya adalah membaca sumber-sumber yang sudah aku taruh di Research Plan. Sumber-sumber tersebut sudah aku validasi sebelumnya dengan melihat tahun rilis (untuk Jurnal) dan beberapa website yang sudah terkenal (NNGroup, Medium, dan sebagainya). Selama aku membaca sumber-sumber tersebut, aku mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan tujuan risetku. Hal ini penting karena kalau tidak dicatat, ya, buat apa dong Desk Research? π€
Kadang-kadang, ada beberapa tambahan sumber riset yang sebelumnya tidak tercantum di Research Plan. Jika ini terjadi, aku akan update Research Plan nya agar sumbernya sesuai dengan yang digunakan.
Nah, yang terakhir adalah mengolah data hasil Desk Research dengan menambahkan beberapa point of view pada Research Report. Aku menulis point of view ini pada bagian pembahasan atau discussion di Research Report. Untuk hasil murni dari tiap-tiap sumber pun tetap aku cantumkan agar Research Report nya tidak bias.
Menggunakan Desk Research tentunya sangat membantu dalam melakukan riset karena mudah sekali dan juga murah dari segi biaya dan waktu. Tapi, ada beberapa pros and cos yang harus dipertimbangan sebelum memilih metode atau pendekatan ini, yaitu:
β Pros
- Seperti yang aku sebutkan tadi, Desk Research ini murah dari segi biaya dan waktu.
- Sumber yang ada sudah sangat banyak dan beragam sehingga mudah diakses dan memberikan banyak insights baru.
- Bisa menjadi data pendukung dari primary research (interview, survey, FGD, dan sebagainya).
- Bisa memberikan gambaran besar mengenai masalah yang sedang diriset.
β Cons
- Karena sumber yang banyak dan beragam, perlu adanya validasi yang kuat.
- Hasil data Desk Research tidak bisa dijadikan the one and only pengambilan keputusan karena tidak berhubungan langsung dengan pengguna dan stakeholders.
- Saat mengumpulkan sumber, perlu kehati-hatian agar tetap on track dengan tujuan riset. Kadang, bisa terjadi over-information yang membuat periset overwhelmed.
So, apakah metode atau pendekatan ini cocok atau bagus untuk riset?
Balik lagi, tergantung risetnya. Kadang, ada beberapa riset yang lebih butuh terjun ke lapangan. Tapi, ada juga yang hanya menggunakan Desk Research. Tetap sesuaikan dengan kebutuhan teman-teman, ya!
Itu saja sharing-sharingnya kali ini, semoga membantu dan bermanfaat, ya! Kolom komentar terbuka untuk siapa saja yang ingin bercerita dan bertanya sekaligus menambahkan juga, hehe.
Cheers,
Syifa yang ingin berubah haluan jadi UX Researcher.